Selasa, 02 Juni 2015

Usia 25

Usia 25, di 2015
Selasa tanggal dua pada bulan ke enam, hari ini cuaca cerah, awan yang lumayan, dan sedikit sinar matahari memasuki sela-sela cahaya pada lubang angin ruang depan rumah, dengan angin yang berdesir perlahan seakan berusaha tidak mengagetkanku bahwa “aku sudah dua-puluh-lima”. Setelah membaca beberapa pesan yang klise yang berisikan rangkuman doa dan ucapan selamat yang tidak kurang dan tidak lebih dibalas dengan kata “amiin” dan “terima kasih” yang rasanya seakan dua kata tersebut adalah kata yang paling populer digunakan sebagai balasan  pada setiap hari kelahiran setiap orang, dan pada gadget tombol huruf yang dipakai pada kata tersebut juga mungkin dirasa-rasa adalah huruf yang paling banyak berperan pada hari seperti ini.
Tidak terasa rasanya seperti berada dipertengahan dua-puluhan semuanya berlalu cepat hanya pada ingatan, yang artinya ini semakin dewasa (semakin tua boleh dibilang). Usia dua-puluh-lima artinya harus sudah mulai serius dengan apa-apa yang akan dilakukan, sudah semakin dekat dengan masa depan (walaupun masa depan akan selalu ada di depan dan yang dijalani saat ini akan tetap menjadi masa kini atau masa sekarang entah itu beberapa hari, bulan atau tahun kemudian). Rasanya masa depan yang dibicarakan pada beberapa tahun kebelakang seperti saat berkumpul entah itu dengan teman sewaktu SMP, SMA atau kuliah, topik yang dibicarakan mengenai pencapaian hidup di masa depan rasanya semakin dekat dan harus segera diwujudkan bukan semata-mata konsep hidup.
Saya, (munggunakan kata ”saya” selain “gue” yang terdengar remaja sekali atau “aku” yang terdengar puitis sekaligus manja, kata “saya” dirasa sudah menandakan sebuah pendewasaan karena sudah cukup hormat ketika berbicara dengan diri sendiri ketika menulis), sayasendiri terbilang buruk dalam konsep, terutama hidup. Seperti mendapatkan gelar pendidikan diploma yang baru dicapai pada akhir desember 2014 itu berarti hanya kurang dari setahun yang lalu, dikarenakan lulus sekolah saya memang bekerja untuk mencari uang sendiri setidaknya meringankan orang tua untuk meneruskan kuliah di akademi yang iklannya dibintangi Obama KW walaupun bisa dibilang biayanya relatif murah, bahkan kuliah di tempat itu rasanya juga hanya semata-mata untuk mendapatkan gelar yang lebih tinggi dari SMA dengan harapan setelah itu dapat pekerjaan yang lebih baik namun nyatanya pada usia ke dua-puluh-lima saya malah menganggur masih dalam tahap pencarian pekerjaan.
Saya bersyukur saya sudah mendapatkan tiga kali pengalaman bekerja semasa saya lulus SMA hingga lulus D3. Saya pernah bekerja di perusahaan swasta dan  saya dapat bekerja di posisi yang “enak” kata orang yaitu kebanyakan sebagai staff admin (ya.. walaupun setiap orang pada pekerjaannya pasti mempunyai keluhannya masing-masing, jadi mengapa repot-repot mengeluh?) merasakan setiap pagi harus mengendarai motor setengah tua Astrea Grand atau saya lebih suka menyebutnya Uncle Grand yang tenaganya masih lumayan bandel dan saya sangat senang dengan motor saya ini, bekerja di depan komputer, mengerjakan ini dan itu, makan siang dengan menu yang hampir sama, pulang bermacet-macetan, dan setiap akhir bulan saya akan repot mencari mesin ATM yang masih terisi uang (saya rasa ini terjadi kepada semua para pekerja), membelanjakannya, menghambur-hamburkan uang dengan beberapa hal yang dirasa tidak cukup penting yang sebenarnya penting dalam perjalanan hidup saya seperti membeli satu buah gitar elektrik merk Squire dan satu buah gitar akustik elektrik produksi rumahan yang saya gunakan untuk sesekali bernyanyi di sebuah pertunjukan atau sekedar di depan rumah, membeli pakaian dengan meniru gaya beberapa tampilan anak band atau musisi idola seperti kemeja kotak-kotak berwarna seperti John Mayer dalam video clip “who says” atau yang sering dikenakan pada konser live nya, atau juga kaos-kaos bertuliskan nama band-band seperti Ramones, Paramore,The Vines, Angels & Airwaves, dan kaos beberapa band lokal, dengan harapan dapat terlihat musisi-banget-lah. Saya rasa beberapa hal yang tidak cukup penting yang sebenarnya penting lainnya adalah seperti ikut gathering komunitas tertentu bertemu banyak orang baru yang memungkinkan mendapatkan teman-teman baru yang akan menambah pengetahuan dan pengalaman tentunya, atau juga berkumpul menghabiskan uang dengan berwisata kuliner bersama teman kampus atau sesekali teman lama dengan tujuan sekedar bersenda gurau, saling berbagi cerita, meng-update kisah hidupnya masing-masing, melegakan rasanya setelah capek dengan kegiatan rutin seperti bekerja lalu berkumpul dengan orang-orang dekat itu bila dianalogikan seperti seseorang yang telah letih berlari kemudian diberikan waktu istirahat dan minuman isotonik dingin yang menyegarkan dahaganya akan dunia yang kemudian harus berlari-menjalani kegiatan rutin kembali esok harinya.
Setelah usia dua-puluh-lima banyak hal yang dirasakan berubah dengan keadaan yang sebelumnya. Banyak pandangan hidup yang berubah, cara berpikir yang berubah pula. Saya rasa sekarang saya cukup jeli dalam melihat masalah tidak hanya dari satu sisi saja dan lebih banyak diam dari pada mengutarakan pendapat yang tergesa-gesa yang barangkali akan merugikan orang lain yang tidak tepat. Sekarang saya sudah lulus sebagai Diploma, sekarang saya juga sudah tidak bekerja alias menganggur dengan kegiatan kreatif yang saya rasa cukup dilakukan untuk mewarnai hidup, sambil mencari pekerjaan yang lebih baik yang sedang dalam perjalanan saya nanti akan saya temui, saya punya perasaan seperti itu, karena berprasangka baik itu baik. Begitu banyak “hal-hal” yang telah dilalui yang bila dikatakan hanya dengan satu “hal” saja rasanya tidak cukup mewakilkan. Buat saya usia dua-puluh-lima adalah usia pertengahan diantara perjalanan masa muda menuju masa tua, usia yang masih cukup muda untuk mengingat hal-hal kecil yang telah dilalui, seperti saya masih ingat sekali saya senang menirukan gaya penyanyi seperti Michael Jackson, Westlife, A1, Backstreetboys sewaktu saya masih SD, masih ingat jadwal film kartun pada hari minggu dari pagi hingga siang, game-game yang sudah pernah saya mainkan seperti Final Fantasy Origin, Suikoden, Digimon World, Crash Team Racing, Metal Slug, hingga permainan favorit semua orang Winning Eleven. Saya masih ingat pertama kali mengunjungi rumah teman perempuan saya sendirian (yang kalau orang bilang ngapel) yang ketika itu saya bingung dengan sikap apa yang akan saya berikan ketika bertemu orangtuanya , atau pertama kali jalan dengan teman perempuan untuk sekedar makan atau nonton yang pasti sehari sebelumnya saya akan merencanakan topik-topik pembicaraan, pakaian hingga beberapa kejadian yang saya khayalkan, saya masih cukup ingat dengan semua itu. Saya masih ingat pertama kali lagu Tak Bisakah-nya Peterpan yang saya kuasai pada gitar dan saya mainkan berulang-ulang dan berkembang ke band-band Punk Rock seperti Rocket Rockers, Blink 182, Greenday, Sum 41 , Paramore, sampai dengan lagu-lagu era 90-an lainnya milik Radiohead, Oasis, Nirvana, Blur,Phantom Planet atau lagu-lagu milik The Beatles dan permainan gitar seperti John Mayer dan masih banyak lagi seperti beberapa lagu yang ada di Playlist saya. Saya ingat pertama kali masuk dunia kerja, bingung dan kikuk harus mulai dari mana caranya sebuah pekerjaan sebagai quality assurance bekerja, pada awal pertama bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang produksi kertas, merasakan kegiatan rutin rasanya susah mencari uang. Usia dua-puluh-lima juga sudah cukup tua untuk berpikir, bertindak, untuk tidak bermain-main lagi dan berusaha keras untuk mewujudkan pencapaian hidup menyangkut masa depan seperti saya punya impian sebelum umur 30 yang berarti lima tahun kedepan dari sekarang, saya harus sudah memiliki pekerjaan tetap yang bagus yang dilakukan tanpa ada keluhan di sebuah perusahaan swasta dengan 8 jam kerja sehari dan dua hari libur di setiap akhir pekan dan juga bonus tahunan , memiliki rumah di tempat yang tidak terlalu jauh dari pusat kota, tidak terlalu besar tapi cukup untuk sebuah halaman di depannya dan memiliki sistem pencahayaan yang cukup, dicat dengan warna terang tapi tidak terlalu mencolok, akan ada aksen lukisan yang saya buat sendiri, meskipun rumah masih dalam tahap cicilan tentunya. Memiliki pendamping hidup yang menyenangkan, saya harap dia memiliki kulit putih dengan wajah cantik yang tidak membosankan, rambut yang tidak terlalu lurus dan tidak terlalu ikal, beralis natural, bermata bening, berhidung yang tidak terlalu mancung namun tidak terlalu kecil, berbibir tipis dengan senyum manis yang akan selalu terbayang dalam lamunan ketika saya lengah berpikir akan sebuah hal,  dia juga pintar dalam menggunakan kata-kata sehingga hanya dengan berbekal dua gelas kopi mungkin saya bisa lupa memesan makan karena keasyikan mengobrol dengannya, dan alasan yang paling klasik sedunia yaitu dia baik dan setia. Kemudian saya berharap memiliki sebuah usaha yang tengah berkembang entah usaha apa itu, saya masih belum bisa menyebutkan detailnya, entah itu di bidang makanan, industri kreatif atau apa saja karena saya suka bekerja dan menyisihkan sebagiannya sebagai pendapatan pasif selain untuk amal tentunya. Semua pencapaian hidup tersebut saya rasa agak terlalu muluk-muluk tapi masih dalam jangkauan lima tahun kedepan karena yang namanya hidup siapa yang tahu, kita lihat saja nanti dan seperti yang saya bilang saya suka berpikir seperti itu, karena berprasangka baik itu baik. Semoga semua pesan yang berisikan doa yang selalu dibaca pada hari dengan tanggal dan bulan yang sama dengan hari kelahiran saya akan terkabul, semua harapan-harapan saya sebelum usia tiga puluh akan terwujud,
dan...

selamat ulang tahun ke-25 untuk saya.