Usia 25, di 2015
Selasa
tanggal dua pada bulan ke enam, hari ini cuaca cerah, awan yang lumayan, dan sedikit
sinar matahari memasuki sela-sela cahaya pada lubang angin ruang depan rumah,
dengan angin yang berdesir perlahan seakan berusaha tidak mengagetkanku bahwa
“aku sudah dua-puluh-lima”. Setelah membaca beberapa pesan yang klise yang
berisikan rangkuman doa dan ucapan selamat yang tidak kurang dan tidak lebih
dibalas dengan kata “amiin” dan “terima kasih” yang rasanya seakan dua kata
tersebut adalah kata yang paling populer digunakan sebagai balasan pada setiap hari kelahiran setiap orang, dan
pada gadget tombol huruf yang dipakai
pada kata tersebut juga mungkin dirasa-rasa adalah huruf yang paling banyak
berperan pada hari seperti ini.
Tidak
terasa rasanya seperti berada dipertengahan dua-puluhan semuanya berlalu cepat
hanya pada ingatan, yang artinya ini semakin dewasa (semakin tua boleh
dibilang). Usia dua-puluh-lima artinya harus sudah mulai serius dengan apa-apa
yang akan dilakukan, sudah semakin dekat dengan masa depan (walaupun masa depan
akan selalu ada di depan dan yang dijalani saat ini akan tetap menjadi masa
kini atau masa sekarang entah itu beberapa hari, bulan atau tahun kemudian). Rasanya
masa depan yang dibicarakan pada beberapa tahun kebelakang seperti saat
berkumpul entah itu dengan teman sewaktu SMP, SMA atau kuliah, topik yang
dibicarakan mengenai pencapaian hidup di masa depan rasanya semakin dekat dan
harus segera diwujudkan bukan semata-mata konsep hidup.
Saya,
(munggunakan kata ”saya” selain “gue” yang terdengar remaja sekali atau “aku”
yang terdengar puitis sekaligus manja, kata “saya” dirasa sudah menandakan
sebuah pendewasaan karena sudah cukup hormat ketika berbicara dengan diri
sendiri ketika menulis), sayasendiri terbilang buruk dalam konsep, terutama
hidup. Seperti mendapatkan gelar pendidikan diploma yang baru dicapai pada
akhir desember 2014 itu berarti hanya kurang dari setahun yang lalu,
dikarenakan lulus sekolah saya memang bekerja untuk mencari uang sendiri
setidaknya meringankan orang tua untuk meneruskan kuliah di akademi yang
iklannya dibintangi Obama KW walaupun bisa dibilang biayanya relatif murah,
bahkan kuliah di tempat itu rasanya juga hanya semata-mata untuk mendapatkan
gelar yang lebih tinggi dari SMA dengan harapan setelah itu dapat pekerjaan
yang lebih baik namun nyatanya pada usia ke dua-puluh-lima saya malah
menganggur masih dalam tahap pencarian pekerjaan.
Saya
bersyukur saya sudah mendapatkan tiga kali pengalaman bekerja semasa saya lulus
SMA hingga lulus D3. Saya pernah bekerja di perusahaan swasta dan saya dapat bekerja di posisi yang “enak” kata
orang yaitu kebanyakan sebagai staff
admin (ya.. walaupun setiap orang pada pekerjaannya pasti mempunyai
keluhannya masing-masing, jadi mengapa repot-repot mengeluh?) merasakan setiap
pagi harus mengendarai motor setengah tua Astrea
Grand atau saya lebih suka menyebutnya Uncle
Grand yang tenaganya masih lumayan bandel dan saya sangat senang dengan
motor saya ini, bekerja di depan komputer, mengerjakan ini dan itu, makan siang
dengan menu yang hampir sama, pulang bermacet-macetan, dan setiap akhir bulan
saya akan repot mencari mesin ATM yang masih terisi uang (saya rasa ini terjadi
kepada semua para pekerja), membelanjakannya, menghambur-hamburkan uang dengan
beberapa hal yang dirasa tidak cukup penting yang sebenarnya penting dalam
perjalanan hidup saya seperti membeli satu buah gitar elektrik merk Squire dan satu buah gitar akustik
elektrik produksi rumahan yang saya gunakan untuk sesekali bernyanyi di sebuah
pertunjukan atau sekedar di depan rumah, membeli pakaian dengan meniru gaya beberapa
tampilan anak band atau musisi idola seperti kemeja kotak-kotak berwarna
seperti John Mayer dalam video clip “who says” atau yang sering dikenakan pada
konser live nya, atau juga kaos-kaos
bertuliskan nama band-band seperti Ramones,
Paramore,The Vines, Angels & Airwaves, dan kaos beberapa band lokal,
dengan harapan dapat terlihat musisi-banget-lah. Saya rasa beberapa hal yang
tidak cukup penting yang sebenarnya penting lainnya adalah seperti ikut
gathering komunitas tertentu bertemu banyak orang baru yang memungkinkan
mendapatkan teman-teman baru yang akan menambah pengetahuan dan pengalaman
tentunya, atau juga berkumpul menghabiskan uang dengan berwisata kuliner bersama
teman kampus atau sesekali teman lama dengan tujuan sekedar bersenda gurau, saling
berbagi cerita, meng-update kisah hidupnya
masing-masing, melegakan rasanya setelah capek dengan kegiatan rutin seperti
bekerja lalu berkumpul dengan orang-orang dekat itu bila dianalogikan seperti
seseorang yang telah letih berlari kemudian diberikan waktu istirahat dan
minuman isotonik dingin yang menyegarkan dahaganya akan dunia yang kemudian
harus berlari-menjalani kegiatan rutin kembali esok harinya.
Setelah
usia dua-puluh-lima banyak hal yang dirasakan berubah dengan keadaan yang
sebelumnya. Banyak pandangan hidup yang berubah, cara berpikir yang berubah
pula. Saya rasa sekarang saya cukup jeli dalam melihat masalah tidak hanya dari
satu sisi saja dan lebih banyak diam dari pada mengutarakan pendapat yang
tergesa-gesa yang barangkali akan merugikan orang lain yang tidak tepat.
Sekarang saya sudah lulus sebagai Diploma, sekarang saya juga sudah tidak
bekerja alias menganggur dengan kegiatan kreatif yang saya rasa cukup dilakukan
untuk mewarnai hidup, sambil mencari pekerjaan yang lebih baik yang sedang
dalam perjalanan saya nanti akan saya temui, saya punya perasaan seperti itu,
karena berprasangka baik itu baik. Begitu banyak “hal-hal” yang telah dilalui
yang bila dikatakan hanya dengan satu “hal” saja rasanya tidak cukup
mewakilkan. Buat saya usia dua-puluh-lima adalah usia pertengahan diantara
perjalanan masa muda menuju masa tua, usia yang masih cukup muda untuk
mengingat hal-hal kecil yang telah dilalui, seperti saya masih ingat sekali
saya senang menirukan gaya penyanyi seperti Michael
Jackson, Westlife, A1, Backstreetboys sewaktu saya masih SD, masih ingat jadwal
film kartun pada hari minggu dari pagi hingga siang, game-game yang sudah
pernah saya mainkan seperti Final Fantasy
Origin, Suikoden, Digimon World, Crash Team Racing, Metal Slug, hingga
permainan favorit semua orang Winning Eleven.
Saya masih ingat pertama kali mengunjungi rumah teman perempuan saya sendirian
(yang kalau orang bilang ngapel) yang ketika itu saya bingung dengan sikap apa
yang akan saya berikan ketika bertemu orangtuanya , atau pertama kali jalan
dengan teman perempuan untuk sekedar makan atau nonton yang pasti sehari
sebelumnya saya akan merencanakan topik-topik pembicaraan, pakaian hingga
beberapa kejadian yang saya khayalkan, saya masih cukup ingat dengan semua itu.
Saya masih ingat pertama kali lagu Tak
Bisakah-nya Peterpan yang saya
kuasai pada gitar dan saya mainkan berulang-ulang dan berkembang ke band-band Punk Rock seperti Rocket Rockers, Blink 182, Greenday, Sum 41 , Paramore, sampai
dengan lagu-lagu era 90-an lainnya milik Radiohead,
Oasis, Nirvana, Blur,Phantom Planet atau lagu-lagu milik The Beatles dan permainan gitar seperti John Mayer dan masih banyak lagi seperti
beberapa lagu yang ada di Playlist saya.
Saya ingat pertama kali masuk dunia kerja, bingung dan kikuk harus mulai dari
mana caranya sebuah pekerjaan sebagai quality
assurance bekerja, pada awal pertama bekerja di perusahaan yang bergerak di
bidang produksi kertas, merasakan kegiatan rutin rasanya susah mencari uang. Usia
dua-puluh-lima juga sudah cukup tua untuk berpikir, bertindak, untuk tidak
bermain-main lagi dan berusaha keras untuk mewujudkan pencapaian hidup
menyangkut masa depan seperti saya punya impian sebelum umur 30 yang berarti
lima tahun kedepan dari sekarang, saya harus sudah memiliki pekerjaan tetap
yang bagus yang dilakukan tanpa ada keluhan di sebuah perusahaan swasta dengan
8 jam kerja sehari dan dua hari libur di setiap akhir pekan dan juga bonus
tahunan , memiliki rumah di tempat yang tidak terlalu jauh dari pusat kota,
tidak terlalu besar tapi cukup untuk sebuah halaman di depannya dan memiliki
sistem pencahayaan yang cukup, dicat dengan warna terang tapi tidak terlalu mencolok,
akan ada aksen lukisan yang saya buat sendiri, meskipun rumah masih dalam tahap
cicilan tentunya. Memiliki pendamping hidup yang menyenangkan, saya harap dia memiliki
kulit putih dengan wajah cantik yang tidak membosankan, rambut yang tidak
terlalu lurus dan tidak terlalu ikal, beralis natural, bermata bening,
berhidung yang tidak terlalu mancung namun tidak terlalu kecil, berbibir tipis
dengan senyum manis yang akan selalu terbayang dalam lamunan ketika saya lengah
berpikir akan sebuah hal, dia juga pintar
dalam menggunakan kata-kata sehingga hanya dengan berbekal dua gelas kopi
mungkin saya bisa lupa memesan makan karena keasyikan mengobrol dengannya, dan
alasan yang paling klasik sedunia yaitu dia baik dan setia. Kemudian saya
berharap memiliki sebuah usaha yang tengah berkembang entah usaha apa itu, saya
masih belum bisa menyebutkan detailnya, entah itu di bidang makanan, industri
kreatif atau apa saja karena saya suka bekerja dan menyisihkan sebagiannya
sebagai pendapatan pasif selain untuk amal tentunya. Semua pencapaian hidup
tersebut saya rasa agak terlalu muluk-muluk tapi masih dalam jangkauan lima
tahun kedepan karena yang namanya hidup siapa yang tahu, kita lihat saja nanti
dan seperti yang saya bilang saya suka berpikir seperti itu, karena
berprasangka baik itu baik. Semoga semua pesan yang berisikan doa yang selalu
dibaca pada hari dengan tanggal dan bulan yang sama dengan hari kelahiran saya
akan terkabul, semua harapan-harapan saya sebelum usia tiga puluh akan
terwujud,
dan...
selamat
ulang tahun ke-25 untuk saya.